TEATER ESKA: TEATER TIGA BAYANGAN



 Yogyakarta - Teater ESKA menggelar pentas teater Tiga Bayangan di Gelanggang Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga pada tanggal 3 Maret 2018. Pentas Tiga Bayangan ini mengusung mengenai isu dan konflik sosial yang terjadi dalam kehidupan di sekeliling kita. Pentas yang berdurasi kurang lebih 2 jam ini menampilkan tiga bagian pertunjukan dengan konsep dan panggung yang berbeda, juga dengan sutradara dan penulis naskah yang berbeda.
   

   
   Pada babak pertama yang berjudul “Pelajaran Bab Dua” yang di sutradarai oleh Habibburachman yang diperankan oleh Madhur, Anindya, Haiwa dan Nafisa. Babak pertama ini mengangkat kisah tentang kekerasan dalam mendidik keluarga. Habibburachman sang sutradara mengatakan bahwa naskah ini diangkat dari pengalaman kecil bagaimana dididk didalam keluarga khususnya pengalaman mendapat perlakuan keras. Pementasan yang pertama ini mengingatkan kembali memori kita pada masa lalu dimana ada seorang anak yang dididik oleh orangtuanya dengan cara kekerasan, sehingga saat ia tumbuh dewasa ia menjadi seorang yang posesif dan juga ringan tangan (suka memukul).
   

   Kemudian pada pementasan yang kedua yakni “Kepleset Eiy” di sutradarai oleh Neneng Hanifah Maryam dan diperankan oleh Khoirul, Miladia, dan Hesti ini menunjukkan mengenai pernyataan dan juga pertanyaan ideology antara seorang seniman dan aktivis. Pementasan yang kedua ini menyadarkan tentang konflik yang sedang terjadi dan berpengaruh bagi sosial. Pentas kedua menampilkan kegelisahan seorang seniman terhadap konflik sosial yang dengan mengangkat konflik tersebut ke karyanya.
   Bagi Salek (seorang aktivis), nyatanya itu  tidak cukup, melainkan harus ikut turut bagian terhadap konflik yang terjadi. Sehingga pernyataan itu membuat Mbel (seorang seniman) ragu untuk mengambil jalan seni yang berkaitan dengan aktivisme.
   

   
   Dan yang terakhir adalah “LEL” disutadarai oleh Abdul Ghofur dengan aktor Siti Aminah, Nuruzzulfa dan M. Farid. Pementasan ketiga ini berbicara hasrat eksistensi manusia yakni tentang konflik keluarga dan hasrat orang-orang terhadap kehidupannya. Kisah ini diambil dari problema eksistensi yang sering terjadi di kalangan mahasiswa. Bagaimana hasrat mahasiswa selalu merasa tidak cukup dengan apa yanagdicapai sehingga harus kalah oleh watu karena terlampau sibuk mengejar hasrat-hasratnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KAU

Jika