KULIAH UMUM




Pengembangan Library Information System dan Dampak Digital Disruption Terhadap Pustakawan




Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar kuliah umum seluruh mahasiswa Ilmu Perpustakaan. Stadium General yang dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2018 yang bertempat di Canvention Hall lantai 2 UIN Sunan Kalijaga dengan mengangkat tema “Pengembangan Library Information System dan Dampak Digital Disruption Terhadap Pustakawan”. Kuliah umum yang dihadiri oleh seluruh mahasiswa fakultas Ilmu Perpustakaan ini menghadirkan narasumber Putu Laxman Pendit, Ph. D. seorang penulis, peneliti, pendidik dan pengajar bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Dengan moderator M. Solihin Arianto, M. LIS.
 Kuliah umum dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Anjaryani lalu diteruskan dengan sambutan oleh Kepala Prodi Ilmu Perpustakaan Bapak Drs. Djazim Rohmadi, M.Si. Dilanjutkan sambutan oleh Bapak Dr. Trafrikhuddin, S.Ag. M. Pd. Selaku perwakilan dekan fakultas Adab dan Ilmu Budaya. Selanjutnya, barulah inti kuliah umum disampaikan oleh narasumber.
Beliau menyampaikan tentang DISRUPTIVE TECHNOLOGY & DISRUPTIVE INNOVATION : Potensi dan Tantangannya bagi Pengembangan Perpustakaan Digital. Bapak Putu memulai dengan pertanyaan, “Apa yang dimaksud Disruptive Technology & Disruptive Innovation?”. Bapak Putu menjelaskan bahwa dalam buku “The Innovator's Dilemma”, Clayton Christensen membedakan teknologi menjadi dua, jika dikaitkan dengan bisnis yang memanfaatkannya, yaitu: sustaining technologies”, atau teknologi yang membantu organisasi bisnis berimprovisasi secara terbatas, dengan ciri perubahan yang bertahap. Beliau mencontohkan Handphone nokia dengan applke. Mengapa apple lebih bertahan daripada nokia? Karena apple lebih mementingkan pengembangan app ketimbang nokia yang berfokus pada tampilan fisik yang bervariasi. Selanjutnya “disruptive technologies” atau teknologi yang mengguncang kemapanan yang sebenarnya adalah sebuah terobosan (breakthroughs) tak terduga atau terabaikan. Di buku berikutnya, “The Innovator's Solution”, Christensen mengganti istilah “disruptive technology” menjadi “disruptive innovation”, dengan alasan amatlah jarang bahwa teknologi itu sifatnya bersifat mengguncang atau stagnan, melainkankemampuan organisasinya lah yang menentukan bagaimana arah pemanfaatan teknologi.
Selanjutnya tentang DISRUPTIVE TECHNOLOGY : Potensi untuk inovasi dalam pengembangan Perpustakaan Digital. Konsep Semantic Web mendorong perpustakaan dan berbagai institusi lain mengumpulkan, mengaitkan, dan memakai-bersama data melalui Internet atau Web. Sedemikian rupa sehingga pemrosesan data dapat dilakukan oleh komputer untuk menghasilkan layanan terhadap permintaan informasi secara lebih baik. Semantic Web tidak hanya persoalan meletakkan data di Internet tetapi juga mengait-ngaitkannya, agar manusia atau mesin dapat menjelajah semesta data itu. Dengan linked data, berbekal data yang ada kita dapat menemukan data lain yang terkait. Beliau juga menyampaikan Dalam kontek Perpustakaan Digital, perlu dipegang3 prinsipini:
• The interface is an integral part of the Digita Libraries, not an appendage to it
• The interface should be evaluated with respect to Digitar Libraries goals and functions
• Goals, context and functions determine evaluation criteria and measures for all parts of the Digital Libraries
            Dan yang terakhir adalah TEKNOLOGI BUKAN HANYA MESIN: Pendekatan Sosio-Teknik dalam pengembangan Perpustakaan Digital. Literasi informasi itu sendiri sebenarnya merupakan praktik tekstual yang adalah produk dari perubahan paradigma dalam memandang literasi. Semula literasi hanya dilihat dari sisi pandang perangkat teknologi, sekarang literasi merupakan sebentuk praktik sosial yang khas. Dengan demikian, literasi informasi perlu diterima bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam pendidikan. Perkembangan Teknologi Informasi secara umum dan teknologi media pada khusunya telah secara mendasar memengaruhi cara pandang masyarakat tentang kehidupan mereka dan tentang kebebasan berkomunikasi pada khususnya. Setiap perkembangan baru dalam teknologi dan media dengan segera menimbulkan pula isu tentang akses dan kendali informasi di masyarakat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KAU

TEATER ESKA: TEATER TIGA BAYANGAN

Jika